Senin, 14 Juli 2008

BISSMILLAHIRROHMANIRROHIIM

Negeri di Bawah Hembusan Angin

Cerita tentang pulang pasti selalu memunculkan desiran-desiran aneh akan hakikat hidup di negeri sementara ini… ya betul, dunia adalah pengembaraan sesaat, yang PASTInya semuanya akan pulang ke negeri akhirat yang kekal… Membahas hal ini pasti deh akan memunculkan sensasi-sensasi aneh di petala rasa kita… takut ? karena belum punya bekal yang cukup, bingung ? karena gak tahu jalan, atau sedih ? karena sesuatu yang dikumpulkan akan hilang (takut kehilangan). Pasti setiap personal memiliki persepsi yang berbeda tentang pulang… kecuali orang-orang yang Allah SWT berikan kepadanya kefahaman terhadap diennya.

Ya begitulah kira-kira tentang pulang dalam persepsi saya… selalu memunculkan desiran-desiran aneh di hati… begitu pula ketika saya akan pulang kampung satu malam ke Cimara (hanya ke kampung sementara, kampung tempat lahir beta).

Pada tanggal 12 Juli yang lalu saya pulang ke kampung nun jauuuh di lereng pegunungan yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Persisnya di Desa Cimara, Kecamatan Cibeureum, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Jarak tempuh dari Kota Kabupaten Kuningan kurang lebih 2-3 jam perjalanan kendaraan tanpa macet…(kalau dari Cikumpa ke Cimara sekitar 8 - 9 jam) sebuah Desa yang betul-betul terpencil, berbatasan dengan lereng pegunungan Kuningan Timur Jauuuh - Cilacap Utara Jauuuh – Purwokerto Barat Jauuuh yang tidak ada akses jalan raya yang dapat menembus lereng gunung tersebut kecuali jalan setapak bagi petualang-petualang “ecek-ecek” untuk pemenuhan urusan perut…. Kondisi hutannya? (saat ini) Waouww jangan ditanya … kerusakan hutan di Indonesia seperti wabah yang daya tularnya dasyat luar biasa menembus ke gunung-gunung sejagat Indonesia dan sampai ke Desa tercinta saya Cimara… jadi hutan di kampung saya yang dapat terlihat dari rumah, sekarang ini sudah mulai meranggas, membotak, dan pastinya menyedihkan bin memilukan… benar benar sangat menyedihkan dan memilukan….

Duluuuu pada saat saya masih SD-SMP tahun 1970-1980-han dari depan rumah kami bisa melihat air terjun curug Gunung Bongkok dengan indahnya seperti selendang bidadari tertiup angin warna keperakan berkibar-kibar… dan setiap habis hujan pasti ada pelangi yang muncul dengan indahnya, sekalipun hanya gerimis kecil pasti deh pelangi akan muncul… dan kemudian (alm) kakek akan bercerita tentang bidadari yang sedang mandi di curug Gunung Bongkok dan saya akan mendengarkan penuh gairah sambil menatap “kuwung-kuwung” nu melengkung (nama sunda untuk pelangi) tanpa berkedip… sumpah memori indaaaah bangets….. dan sekarang apa yang terjadi ???? … hhhhhmmmm(narik napas beraaat) …curug itu sudah mengering… yang bisa saya lihat adalah curug imajiner yang ada di hati saya saja… kasihan kedua anak saya tidak sempat melihatnya karena keburu mengering… hanya terlihat bekas-bekasnya saja… keriput bekas tetesan air….perih dan getir rasanya, kemana gerangan curug itu pergi ??? kepada siapa saya harus mengadukan hal ini ???

Saya akan cerita tentang Desa Cimara saya yang menurut saya luar biasa indah, dari sisi manapun (karena saya mencintainya hhe…agak-agak subyektif seeh) apalagi dari keanekargaman hayati yang luar biasa kuayanya terbukti waktu saya kecil hama penyakit tanaman tidak menjadi masalah karena sudah ada musuh-musuh alaminya masing-masing sudah ada keseimbangan alam yang terjaga…. yeaah itu duluuuu..

Desa Cimara dikelilingi perbukitan dan dua gunung yang tinggi mungkin hampir sama dengan Gunung Salak di Bogor yaitu Gunung Bongkok, dan Gunung Tilu (karena memang puncaknya ada 3) dan Cimara persis di kaki keduanya sehingga dari rumah kami dapat dengan jelas terlihat gerombolan hutan-hutan, ... dan tentunya dengan segudang mitos mistisnya… dan spesifik lokasi di desa kami adalah terdapat beberapa bulan yang memiliki musim angin bergemuruh… yaitu musim angin yang BESAR (Juni – Agustus), kenapa demikian??? mungkin ahli fisika dapat menjelaskannya … Anginnya benar-benar dasyat dan datangnya dari arah kedua gunung tersebut, dan selalu membawa apa saja yang dilewatinya dengan suara bergemuruh menyeramkan.

Untuk pemikiran saya saat ini sih ANGIN tersebut bukan menyeramkan tapi mungkin lebih tepatnya...mmmmh… menggelisahkan karena bunyinya dalam imajinasi saya, seperti kepakan sayap-sayap Malaikat yang menuliskan aneka ulah penghuni desa yang sangat jauuuuuh dari relijius… YA desa saya di kaki gunung Bongkok dan Gunung Tilu itu bukan negerinya para santri yg faham terhadap diennya, tapi negeri pecinta dunia… dan dunia ada di hatinya… sedih banget kan … (mungkin itu pula kenapa illegal loging sampai ke hutan di desa saya)..

Bukan tidak ada para “penyeru kebaikan” (tahun 1990-an) yang datang ke negeri di bawah hembusan angin yang dasyat itu, tetapi lebih tepatnya sampai saat ini belum terlihat perubahan signifikan… euh saya mungkin salah yak ….ya ya ya Asyahid HAB rhm. mengingatkan “yang tergesa-gesa ingin melihat hasilnya bukan bagian dari kami” ya benar.. biarkan saja proses berjalan… serahkan saja hasilnya pada Sang Pemilik Negeri di Bawah Hembusan Angin itu.

Malam 12 Juli, ketika saya bermalam satu malam berada di Negeri Di Bawah Hembusan Angin itu, benar-benar membawa kegelisahan dalam diri saya. Angin yang suaranya bergemuruh itu seperti menteror saya seolah kepakan sayap Malaikat pencatat amal-amal manusia…dan berseru “hey manusia mana tabungan amal baikmu… mana amal shalihmu yang akan Kami catatkan manaaaa ???” dan saya kelimpungan ………

Dan malam itu, seluruh penghuni Desa Cimara Negeri Di bawah Hembusan Angin mendengkur nyenyak dibawah selimut tebal tak menyadari bahwa angin berembus itu kepakan sayap Malaikat pengingat pulang…. kemudian hati saya berdesiiiir perih seperti luka menganga ketabrak angin ….

Allahumma Anta Rabbi Laa ilaaha ilaa Anta kholaqtanii wa anaa abduka wa anaa abdika waanaa ala’aHdhika wa wa’dika maastathotu a’dzubika min syari maa shona’tu abuulaka……………………………………

1 komentar:

Anonim mengatakan...

waduow...baca tulisan ini aku jadi merinding disko mah..habis tulisan akhir2nya jadi dzikrul maut gitu..
ok deh yuk kita semua samasama menyanyikan Mars HPT..."Himpunan P'lajar Tjimara...HPT..HPT..HPT tetap Jaya,HPT..HPT kan tetepa jaya.."
selesai