Senin, 14 April 2008

Pas-pasan Nomor 2 vs Beasiswa

Sebagai orang tua yang hidupnya pas-pasan nomor 2, ketika anak-anak masuk perguruan tinggi, beasiswa merupakan harapan yang menyundul-nyundul tinggi ke langit jiwa, karena asuransi pendidikan merupakan barang lux bagi saya. Saya mau menjelaskan terlebih dahulu tentang pas-pasan yang memiliki nomor seperti penyakit “gila” di Laskar Pelangi.

Okkeyy ... berawal dari tausiyahnya aa Gym waktu masih digilai ibu-ibu-- katanya hidup itu tidak harus kaya yang penting pas-pasan… pas mau pergi ada kendaraan, pas mau ke Haji ada uang, pas mau makan ada makanan, pas mau nikah pas ada yang cocok dan tentu saja pas ada biaya, pas miz u ada kamu dst-- ( halah Maia BGT ) inilah pas-pasan nomor 1. Nah kalo pas-pasan nomor 2 itu kira-kira kebalikannya dari pas-pasan nomor 1 yaitu pas mau nambah makan sudah kehabisan, pas mau nonton AAC di Bioskop pas ada yang lebih penting untuk diprioritaskan, pas mau nikah tidak ada biayanya, dan semacam itulah.... Hhee

Ketika anak saya yang pertama lolos SPMB diterima di UNDIP, yang terpikirkan oleh saya adalah bagaimana agar Pinandhika mendapatkan beasiswa biar bisa beli buku dengan leluasa. Mulailah saya kasak-kusuk menyiapkan berbagai persyaratan untuk memperoleh beasiswa bagi mahasiswa pas-pasan seperti anak saya. Perburuan persyaratan dimulai mulai dari mencari surat keterangan tidak mampu (naik haji hhe…pen-) ke RT, RW, sampai ke kelurahan, slip gaji saya sebagai PNS, slip rekening listrik, dan kartu keluarga sudah saya siapkan. Saya tanya PInandhika gimana sudah dapat informasi beasiswa? ternyata Pinandhika adem ayem saja, tidak seatraktif saya ibunya…. Padahal maksud saya adalah baik, untuk pemenuhan kebutuhan dirinya karena saya merasa – tau dirilah- mengirim uang bulanan sangat-sangat tidak mencukupi untuk ajeg makan sampai akhir bulan, terbukti dengan selalu minta dikirim lagi sebelum akhir bulan… Agrhh…………..

Walau demikian saya tetap semangat mendorong Pinandhika untuk memperoleh bea siswa, harapan untuk mendapat beasiswa saya pelihara, karena saya percaya harapan merupakan tonggak yang menopang kehidupan saya….. harapanlah yang memelihara antusiasme hidup saya............... hingga tidak terasa Pinandhika siap diwisuda… yah Pinandhika sudah 4 tahun sudah selesai S-1nya. Kecewakah saya karena Pinandhika tidak mendapat beasiswa??? tidak !!! saya tidak kecewa karena saya dan Pinandhika sudah bisa melewati 4 tahun bersama dalam suka dan duka dalam pas-pasan nomor 2 …

Setelah kembali ke Depok Pinandhika bercerita bahwa selama di Semarang pernah mengalami dalam beberapa hari di akhir bulan hanya makan 0,5 bungkus mie instans, dan pernah hanya makan dengan satu bungkus energen per hari selama seminggu.... wuih sesak rasanya dada saya ternyata pas-pasan nomor 2 yang dasyat bagi Pinandhika.... yang kelak setelah di Depok benih typhus yang dibawanya berkembang dan membuat Pinanadhika terkapar harus bedrest selama 1 minggu... Skenario Allah tentunya yang terbaik bagi saya dan Pinandhika, setelah nambah 1 tahun profesinya sebagai Ners..... tak pernah satu kalipun beasiswa mampir kepadanya.... dan saat ini baru saja Pinandhika memulai mempraktekan ilmunya di salah satu RS di Depok....

Era Pinandhika memburu beasiswa sudah berlalu, tapi bukan berarti saya selesai untuk menyiapkan persyaratan beasiswa.... karena alhamdulillah anak saya yang kedua Dea Adhicita lolos SPMB di UI.

Waktu si Dey diterima di UI yang pertama-tama saya urus adalah persyaratan memperoleh pengurangan biaya masuk untuk mahasiswa yang memiliki keterbatasan pembiayaan alias pas-pasan nomor 2 dan yang kedua adalah mencari informasi untuk memperoleh beasiswa PPSDMS. Bagi MABA UI yang berminat memperoleh pengurangan biaya masuk ada wawancara khusus bagi orang tua wali. Wawancara dilakukan dalam dua saringan, saringan pertama oleh BEM dan yang kedua oleh Staf Pengajar Fakultas. Untuk saringan pertama saya dengan mudah lolos, tetapi untuk saringan kedua ternyata alot kayak daging kambing tuaaa. Tidak persis benar sih alotnya karena setiap wali berbeda-beda tingkat alotnya tergantung siapa yang mewawancarai. Saya termasuk yang kadar alotnya pake BGT karena sampai 45 menit lebih dibandingkan yang lain-lain yang hanya kira-kira 15-30 menitan. Saya diwawancarai oleh Ibu Dr. Dini Tjokro Penanggung Jawab Bagian Keuangan Fakultas. Menurut penilaian Ibu Dini, saya bukan termasuk yang harus diberikan beasiswa dibandingkan yang lain yang anaknya banyak dan harus ngekos pula karena dari luar daerah. Tempat tinggal di Depok juga faktor lainnya yang membuat saya bukan kategori yang perlu diberikan beasiswa dengan mudah... nyesek rasanya dada saya. Saya jelaskan kalo saya tidak akan minta sesuatu tanpa alasan .. dan bla...bla...bla ... sampai akhirnya kami berdua (bu Dini dan saya) mengambil jalan tengahnya yang awalnya saya minta uang masuk 4 juta saja menjadi 7 juta setelah nego alot ...

Tentang PPSDMS, ketika ngantri wawancara memperoleh pengurangan biaya masuk saya berkenalan dengan salah satu orang tua wali mahasiswa yang anaknya menjadi penghuni asrama PPSDMS namanya Kindi Miftah Mhs Fak-Ekonomi smester akhir. Wah saya makin kesem-sem dengaan PPSDMS karena boleh mendapat beasiswa dari yang lain-lainnya seperti Kindi yang mendapat beasiswa dari berbagai-bagai sampai membawanya ke Singapura..... keren euy..... tapi di akhir obrolan, rasanya seperti meng-KO saya karena ternyata PPSDMS hanya untuk para LELAKI sedangkan anak saya .... hiks-hiks... untung saya bukan yang berfaham feminis radikal yang bakal melaporkan PPSDMS sangat rasis gender................. hehehe just kiding.... namun demikian saya tetap yakin dari situlah akan muncul sebagai pemimpin Indonesia 5- 10 tahun ke depan.

Sekarang si Adhicitano sudah smester 2 dengan IP smester yang konon katanya dibawah targetnya yaitu 4 tapi sebenarnya lumayan untuk diapresiasi, tapi saya katakan sebagus apapun IPmu belum dapat ”tabik” dari ibumu sebelum mendapat B E A S I S W A (hehe.... hem).

Sepertinya si Adhicitana (demikian salah satu sahabatnya memanggil) menanggung beban sejarah kakaknya yang cukup berat, karena harus membuktikan bahwa di UI lebih mudah untuk memburu beasiswa..... dan saat ini di smester ke dua, dia sedang mencoba melalui Salam UI yaitu beasiswa ”Qatar Charity” dengan persyaratan tentunya telah saya persiapkan sejak jauuuuh sebelum si Adhicitano masuk UI....... Semoga Allah mentaqdirkan kebaikan dimanapun kamu berada Adhicitana.........

3 komentar:

dea alias dey mengatakan...

mam,,,i love u,,


alhamdulilah,,daku bisa dapet beasiswa qatar charity,,



doa itu bener2 luar biasa yah??

Ecky A. mengatakan...

sekarang Aa gym dah gak digandrungi ibu2 ya bu?hhee..

c adhicitana dah dapet beasiswa y..selamet yaa..^^

ummi faruqi mengatakan...

bu Aat, soleha... u're a great mom for 2 lovely daughter and also for me ...
Perjuangan dirimu u/anak-2 , menginspirasi diriku agar kelak bisa melakukan hal yang sama...

I love u ... sista ..ever & ever