Dam di ...dam di...dam….dam….......... Dam …di…dam di...dam….dam…… sekulah gratis dimana-mana... begitulah bu Mulimah yang cantik menyanyikan iklan sekulah gratis...
Gratis !!! betulkah sekolah gratis ??? akan mewujudkan......................................................
Bapaknya tukang koran.... anaknya jadi wartawan ... bapaknya sopir angkot.... anaknya jadi pilot ....
Namanya juga iklan ... syah saja membungkus sesuatu menjadi lebih menarik, soal kejujuran weeeek itu mah nomor kasabaraha.....hahaha..... (makanya jadi orang cerdas biar tak termakan iklan.....).
Apa yang terjadi sesungguhnya... mungkin benar ada sekolah gratis.... tetapi itu hanya sampai SMP saja (dengan beberapa variasi ”gratis” plus-plusnya)... tapi untuk SMA dan yang sederajat lainnya ...”gratis” ada juga (dengan sangat terbatas), tetapi dengan catatan (untuk menutupi dana operasional lain-lain dengan berlindung dibalik demi kualitas) terpaksa memakai jalur khusus melalui ”PENERIMAAN SISWA TIDAK DENGAN CARA BIASA’... gak percaya coba lihat di SMAN-SMAN berkualitas dan favorit di kota-kota besar saat ini ... tidak menerima lagi siswa dengan cara biasa ”reguler”–penerimaan standar melalui nilai UAN, UAS dan nilai raport—
Jalan lain yang ditempuh untuk mengongkosi kata ”gratis” akhirnya melalui penerimaan siswa kelas SBI ”Sekulah Bertaraf Internasional” tetap dengan saringan seperti UAN, UAS, raport dan test masuk, TETAPI plus uang masuk ”SUPER KHUSUS SBI”. Berapa coba uang masuk SMAN - SBI ???... 15.000.000,- ... iya lima belas juta rupiah.... konon SPP per bulannya Rp. 500.000,- .... (untuk sopir angkot ??? untuk tukang koran ??? kalau pemilik koran sih cingcailah)
Sesungguhnya banyak menyimpan persoalan dengan peng ”SBI”an sekolah-sekolah tersebut secara cepat, terutama masalah SDM yang tidak siap disamping masalah lainnya seperti sarana dan prasarana. Sekolah tersebut kaget dengan tuntutan tinggi para orang tua yang telah mengeluarkan uang segitu banyak.... (la iyalah mereka menuntut, mereka mengkalkulasi ... kalau di SBI harus begini... dan begitu....) Akhirnya ternyata dan ternyata uang yang berasal dari para siswa tersebut konon katanya untuk meningkatkan kemampuan guru-guru tersebut (alias untuk menyekulahkan guru-guru tersebut).... kasus duluan mana ayam dan telur terjadi.... nyata dam di dam di dam ”sekulah gratis” berdampak menggelontorkan kerumitan yang ruarrrr biasa di lapangan...
Tok...tok....bu Mus piyek nih ... anak sopir angkot.... agak sulit jadi pilot...anak tukang koran agak riweuh jadi wartawan, kalau sekulah gratis hanya sampai SMP... sedangkan meneruskan ke SMA dan perguruan tinggi ruaaarrrr biasa mahalnya.... konon katanya ada sih beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu, tetapi akses informasi hal ini seberapa jauh dapat sampai ke pelosok di seluruh Indonesia .... akses sepenting ini hanya bagi orang-orang kota dan itupun yang peduli informasi....
Tahun Ajaran Baru sudah ada di pintu rumah kita, orang tua yang akan menyekolahkan ke SMA dan Perguruan Tinggi sudah siap-siap menghitung-hitung tabungannya... bagi yang banyak uang tentu banyak pilihan SBI kah?.... PTN bisa mencoba melalui berbagai pintu... karena ada seribu pintu masuk PTN fave.... atau milih sekolah di luar negeri.
Tetapi bagi kami nih (golongan yang didendangkan bu Muslimah) yang terjadi adalah kebingungan.... iyalah bingung kayak di ”Lawang Sewu” Semarang... mau masuk manapun bingung karena tak terjangkau........................ berapa sih penghasilan sopir angkot ???? berapa sih penghasilan tungkang koran ????
Sekolah Gratis ???? ... kalau gak ada Lo Gak Rame............................................................
Pelajaran moral ke 10 keluaran SMP tidak bisa jadi PILOT..................... dan tak bisa jadi wartawan........................ gak percaya ???
Sabtu, 30 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar